Sesama
Setan
Setelah
bermalam di Musdalifah, Soeharto beserta rombongan dan pengawalnya menuju Mina untuk
melempar jumroh sebanyak tiga kali, yang disebut sebagai Ula, Wusta dan Aqobah.
Bagian dari ibadat haji ini merupakan simbol dari upaya mengusir setan sebelum
ke Masjidil Haram.
Begitu
tiba di tempat melempar jumroh pada saat subuh, Pak Harto segera mengambil batu
dan melemparkannya kearah tiang tempat setan. Namus Soeharto dan rombongan
sangat terkejut begitu batu yang dilemparkannya itu kembali kearah dirinya dari
arah kegelapan. Untung anggota Paspampres yang berada di dekat Soeharto sigap
menangkapnya.
Setelah
bisa menguasai diri, Soeharto kembali mengambil batu dan melemparkannya sekali
lagi ke arah tiang. Namun kali ini, batu yang dilempar kembali. Para anggota
Paspampres segera menyebar. Semua anggota rombongan tegang. Mereka mengira ada
anggota ekstrem kanan yang berniat membunuh Soeharto.
“He,
siapa kamu yang melempar batu ke arah presiden? Saya perintahkan keluar. Cepat,
atau saya tembak!” teriak kepala Paspampres.
Tunggu
punya tunggu tak ada siapa pun yang tampak. Namun, tiba-tiba dari balik kegelapan
tempat tiang setan terdengar suara, “He, sesama setan dilarang saling melempar
batu!”
Rehabilitasi
Oleh Tuhan
Di
akherat, Tuhan memerintahkan malaikat untuk memberi rehabilitasi pada para
jendral militer yang banyak membunuh rakyat. Untuk itu mereka akan dikirim
kembali dunia, dan ditanyakan apa yang akan dilakukan.
Jendral
Franco dari Spanyol, “terima kasih Tuhan, aku akan meminta maaf pada rakyatku,
lalu menjadi biarawan dan memuji namaMu.”
Jendral
Salazar dari portugal, “terima kasih Bunda Maria, aku akan pergi dari pintu ke
pintu di seluruh negeri untuk minta dikasihani.”
Jendral
Pinochet dari Chile. “terima kasih Jesus, aku akan menjadi buruh miskin dan
memimpin mereka melawan ketidakadilan.”
Seorang
Jendral dari Indonesia berkata, “Ampun Tuhan! Tolong jangan kirim saya ke
dunia! Kirim saja saya ke neraka. Biarlah 2 Juta orang komunis menghujat saya,
Ribuan dan ratusan warga Priok, Nipah, Lampung, Tim-Tim, Aceh , dan korban 27
Juli mengumpat saya! Di dunia sana, 190 juta orang tidak segan untuk membunuh
saya dua kali.”
Yang
Boleh dan Yang Tidak
Seorang
jendral Militer mengundang para wartawan guna memberi arahan apa yang boleh
diberitakan dan apa yang tidak boleh diberitakan.
“Berita
Suksesi tidak boleh ditulis, Presiden tidak suka. Pemogokan buruh, jangan
ditulis, nanti terjadi konflik. Berita korupsi tidak boleh dipolitisir, wibawa
pemerintah rusak. Monopoli tidak boleh menyebut keluarga Presiden, itu tidak
etis. Politik tidak boleh memihak rakyat, nanti resah. Kenaikan harga tidak boleh
dijadikan berita utama, rakyat nanti marah. Berita ini tidak boleh…. Berita ini
tidak boleh….dst.”
Seorang
wartawan muda yang tidak sabar lalu menyela, “kalau begitu Jendral, apa yang
boleh kami beritakan?”
Si
Jendral menjawab dengan tenang, ” kalian beritakan yang barusan saya ucapkan!”
Melangkahi
Mayat Tien
Beberapa
bulan setelah ditinggal mati Tien, Soeharto sering berkunjung secara periodik
ke Astana Giri Bangun dimana Tien dikuburkan. Beberapa pengawal pribadi yang
kebetulan melihat, menceritakan bahwa Soeharto ternyata berkali-kali melangkahi
makam Tien.
Usut
punya usut, ternyata penyebabnya adalah semasa hidupnya, Tien pernah berkata
kepada Soeharto bahwa kalau suaminya mau menyeleweng atau beristeri lagi, Tien
berujar bahwa Soeharto harus melangkahi mayatnya dulu. Rupanya Soeharto sangat
patuh dengan pesan isterinya itu. Jadi itulah kenapa dia sering melangkahi
mayat isterinya sekarang, karena kebutuhan alamiah sebagai seorang lelaki tak
tertahankan.
Bank
Kebal Likuidasi
Di
tengah terjadinya kepanikan dan rush yang dialami nasabah dan bank di Indonesia
menyusul likuidasi 16 bank oleh Menkeu dan Gubernur BI, beredar kabar bahwa ada
sejumlah bank yang aman dari ancaman likuidasi susulan. Setidaknya bank-bank
tetsebut tak akan dilikuidasi secara bersamaan. Bank tersebut antara lain
adalah Bank PANIN, Bank TATA, Bank BUKOPIN dan Bank HASTIN.
Apa
pasalnya?
Selidik
punya selidik, ternyata Soeharto berkeberatan bila bank-bank tersebut
dilikuidasi akan berakibat dengan munculnya berita “PANTAT BU TIN (baca: TIEN)
DILIKUIDASI”.
Kisah
Suster Timtim
Ini
kejadian di sebuah biara di Timor Timur. Suster Kepala sangat cemas dengan
situasi keamanan di daerah itu. Pada suatu saat ia memanggil diam-diam salah
seorang biarawatinya yang cantik, Suster Maria.
Ia
bertanya, berbisik, “Misalkan, Suster Maria berjalan-jalan di pinggir kota
Dilli malam-malam. Suster ketemu dengan seorang tentara yang punya niat jahat.
Apa yang Suster akan lakukan dalam situasi itu.”
“Saya
akan mengangkat rok saya,” ujar Suster Maria.
Suster
Kepala (kaget), “Lalu apa yang akan kamu lakukan setelah itu?”
“Saya
akan minta laki-laki itu membuka celananya juga celana dalamnya,” sambung
Suster Maria.
Suster
Kepala (tambah kaget), “Hah! Lalu apa?”
“Saya
akan lari dengan rok diangkat, sedang di akan tidak bisa lari cepat dengan
celana lepas semua.”


No comments:
Post a Comment